Sarapan pagi selama 5 tahun (artikel tulisan dari seorang perawat rumah sakit)
Pada suatu pagi hari yang sibuk, sekitar jam setengah sembilan, ada seorang kakek berusia 80-an tahun datang untuk meminta bantuan dokter agar membukakan benang jahitan lukanya.
Dia terlihat sangat tergesa-gesa, namun dokter masih sibuk melakukan operasi pasien, maka dia terpaksa menunggu dan terus melihat pada jam tangannya, pada saat itu perawat ini tidak begitu sibuk, melihat kakek sangat terburu-buru, sedangkan diri sendiri ada lowong, maka dia memutuskan untuk membantu kakek membuka benang jahitannya.
Perawat meminta kakek duduk, kemudian membuka selapis demi selapis perbannya, sambil membuka perban sambil berbincang dengan kakek.
Perawat ini bertanya dengan perasaan ingin tahu: “Mengapa anda terlihat begitu terburu-buru?”
“Aku ada janji temu dengan orang pada jam 09.00, sungguh terasa kurang enak telah merepotkanmu”, jawab kakek.
Perawat berpikir dalam hati: Kakek berumur 80-an tahun tidak seharusnya masih bekerja, apa yang membuatnya begitu terburu-buru?
Kakek menjawab: “Aku terburu-buru hendak pergi ke panti rehabilitasi untuk menemani istriku sarapan pagi.”
Perawat semin merasa ingin tahu: “Oh! Ternyata istri anda masuk panti rehabilitasi, apakah dirinya baik-baik?”
Kakek menjawab: “T idak apa-apa, hanya menderita Parkinson dan sudah berlangsung cukup lama.”
Setelah selesai membuka benang jahitannya, perawat melihat pada jam tangan: “Wah! Anda akan terlambat, apakah tidak kuatir istri anda mencemaskan diri anda?”
Kakek menjawab: “Tidak akan, sebab selama 5 tahun ini, dia tidak mengenali aku lagi, sebetulnya aku pergi atau tidak, dia juga tidak tahu.”
Perawat kembali bertanya dengan perasaan ingin tahu: “Dia sudah tidak mengenalimu selama 5 tahun, mengapa anda tetap mengunjunginya setiap pagi?”
Kakek tersenyum lebar, sambil menepuk tangan perawat, dia berkata: “Dia tidak mengenaliku, tetapi aku masih mengenalinya, itu sudah cukup.”
Selanjutnya kakek membalikkan badan dan pergi meninggalkan perawat ini.
Perawat memandang pada bagian belakang tubuh kakek, tanpa tertahankan air matanya mengalir turun, dia berpikir dalam hati: Kasih sayang seperti inilah yang saya butuhkan.
Cinta sejati bukan pada raga luar, juga bukan hanya membicarakan tentang keromantisan; cinta sejati adalah menerima, menerima kondisi dulu dari pasangan kita, kondisi sekarang dari pasangan kita dan kondisi mendatang dari pasangan kita; tak peduli dirinya dulu bagaimana, sekarang bagaimana atau mendatang bagaimana, sebab orang berbahagia tidak pasti yang terbaik.
Orang berbahagia memandang segala sesuatu sebagai yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.